You Don’t See the Bills
Apa yang terlihat dan dipertontonkan di luar bukanlah kenyataan. Pahami itu sebagai pengingat untuk tidak gampang silau, ataupun juga untuk mudah menghakimi.
Halo Sahabat #Gibah.
Terima kasih telah berlangganan newsletter #GibahInvestasi.
Gibah Investasi merupakan catatan berbaGI dari Tigor Siagian untuk memberi nilai tamBAH seputar masalah investasi dan keuangan. Gibah Investasi merupakan free newsletter dan dipublikasikan paling tidak sekali seminggu.
Ini adalah #GibahInvestasi edisi No. 54
You Don’t See the Bill
Minggu ini ada dua berita yang lumayan menarik perhatian, melintas di linimasa Twitter/X saya. Pertama, Sam Bankman-Fried atau SBF, ex CEO dari FTX divonis 25 tahun penjara dan denda USD 11 miliar karena terbukti melakukan fraud di bursa FTX dan merugikan nasabah sebesar USD 10 miliar. Berita yang lain, ada dua orang crazy rich Indonesia menjadi tersangka korupsi di sektor timah yang merugikan negara sekitar 271 triliun rupiah.
Di luar kesamaan terkait keterlibatan pada tindak pidana dengan nilai yang sangat tinggi, kalau baca berita seputar individu pada dua berita ini, sepertinya mereka memiliki kesamaan lain dan juga perbedaan. Terutama antara SBF dan salah satu dari crazy rich Indonesia di atas yang juga dikenal sebagai suami dari seorang seleb. Sebut saja Haem.
SBF dan Haem dikenal melalui pemberitaan media sebagai orang yang dermawan. SBF khususnya dikenal dengan kepercayaannya terhadap konsep effective altruism, dimana salah satu manifestasinya adalah dengan mendapatkan kekayaan sebanyak mungkin agar dapat melakukan kebaikan bagi sesama. Sementara Haem dikenal juga sebagai sosok yang murah hati, dan sering memberikan bantuan kepada orang yang meminta. Dan bahkan konon memberikan berlipat jauh lebih dari jumlah yang diminta. Paling tidak berdasarkan kesaksian istrinya.
Kesamaan antara mereka berdua itulah yang kemudian oleh media, dan para pengagum dan pengikutnya (khususnya di media sosial), diangkat sebagai sifat baik yang dikagumi dari mereka. Hal tersebut, ditambah kekayaan yang mereka miliki, menambah kharisma dan branding yang baik bagi citra pribadi mereka berdua.
SBF, paling tidak, karenanya kemudian menjadi contoh sebagai sosok individu yang walau sangat sukses namun tetap humble dan baik hati. Sementara Haem, walau memiliki citra yang mirip dalam kesuksesan namun memiliki image yang berbeda karena tampilan kepemilikan aset dan kemewahan seperti mobil mewah dan pesawat pribadi, yang kebanyakan ditampilkan oleh sang istri.
Lalu apa kira-kira pelajaran yang bisa kita ambil dari kedua berita tersebut? Dua hal.
Pertama, kalau sesuatu sepertinya terlalu ideal untuk dapat dipercaya, biasanya realitanya demikian, tidak benar. Atau yang lebih umum dalam bahasa Inggris dikatakan: “if something sounds too good to be true, it probably is.”
Sementara yang kedua, masih terkait erat dengan yang pertama, apa yang terlihat di luaran, yang dipertontonkan, tidak serta merta pasti mencerminkan kebenaran. Yang sesungguhnya. Hal itu memberikan peringatan buat kita semua untuk tidak mudah silau dengan gambaran yang terlihat dari luar, terutama melalui media sosial saat ini.
Aset, harta, dan segala yang ditunjukkan, hanya menyampaikan satu sisi semata. Kita tidak tahu, dengan pasti, bagaimana hal tersebut didapatkan. Tidak ada kwitansi yang dipertontonkan, bukti pajak yang ditunjukkan, atau pergulatan lain yang mungkin dilakukan untuk mendapatkan hal yang ditampilkan tersebut. Bukan hak kita untuk menilai, menghakimi. Tentu saja. Namun di sisi yang lain hal tersebut juga menjadi pengingat bahwa lebih banyak yang tidak kita ketahui.
You just don’t see the bills.