Waktu Setiap Orang.
Masing-masing kita memiliki timeline, horizon dan kebutuhan yang berbeda, tapi Waktu adalah sahabat Anda para investor yang mampu bersabar.
Selamat hari Senin! Semoga Anda semua selalu dalam keadaan sehat.
Terima kasih telah berlangganan newsletter #GibahInvestasi.
Gibah Investasi merupakan catatan berbaGI dari Tigor Siagian untuk memberi nilai tamBAH seputar masalah investasi dan keuangan. Gibah Investasi merupakan free newsletter dan dipublikasikan paling tidak sekali seminggu di hari Senin.
Ini adalah #GibahInvestasi edisi No. 9.
Salam,
Tigor Siagian, CFA, FRM
Waktu Setiap Orang.
Akhir minggu kemarin merupakan waktu yang penting bagi puluhan ribu orang yang berkunjung ke Omaha, Nebraska, Amerika Serikat. Mereka yang kebanyakan menyebut diri sebagai value investors berkumpul di kota tersebut untuk menghadiri pertemuan tahunan Berkshire Hathaway. Kelompok ini dikabarkan memperlakukan perjalanan pada event tersebut seperti sebuah pilgrimage tahunan ke tanah ‘suci’ para kapitalis untuk mendengarkan wejangan duo Warren Buffett dan Charlie Munger saat berjam-jam menjawab puluhan pertanyaan dari para pemegang saham. Para fans yang tidak bisa menghadiri pun dapat turut mendengarkan live report dari beberapa stasiun TV bisnis. Pertemuan tersebut seperti halnya laporan tahunan Berkshire Hathaway merupakan sumber berharga bagi mereka yang ingin mendapatkan insights penting mengenai investasi.
Setiap mereka yang tertarik dengan dunia investasi tentu mengenal sosok Buffett dan Munger. Terutama tentu kemampuan Buffett dalam berinvestasi dan menghasilkan pendapatan serta kenaikan kekayaan bagi Berkshire Hathaway berikut pemegang sahamnya. Beberapa orang bahkan menggunakan nama Buffett sebagai contoh pemanis dari apa yang sedang ditawarkan kepada calon pembelinya. Walau kadang tidak nyambung sekalipun. Namun itu artinya nama Buffett pun memiliki otoritas tersendiri yang dapat meningkatkan citra si pembawa pesan.
Ketika bicara soal kehebatan Buffett dalam berinvestasi, sejak dulu orang berlomba mencoba untuk merumuskan formula rahasia dari kesuksesan Buffett. Ratusan buku ditulis untuk itu. Dari yang masuk akal hingga yang terkesan lebay, menyebut apa yang dimiliki oleh Buffett sebagai sebuah holy grail, demi jualan, seperti yang saya pernah tulis di sini. Di antara para peneliti tersebut, Frazzini, Kabiller & Pedersen (2018) dianggap berhasil mengekstraksi formula keberhasilan Buffett. Paper yang ditulis oleh para pengelola portofolio di AQR Capital Management, sebuah hedge fund yang cukup populer dan diterbitkan di Financial Analysts Journal dengan judul Buffett’s Alpha menggambarkan rahasia Buffett sebagai fokus kepada saham berkualitas bervaluasi murah yang dikombinasikan dengan dukungan leverage berupa ‘dana murah’ yang berasal dari premi asuransi miliknya:
In essence, we find that the secret to Buffett’s success is his preference for cheap, safe, high-quality stocks combined with his consistent use of leverage to magnify returns while surviving the inevitable large absolute and relative drawdowns this entails. Indeed, we find that stocks with the characteristics favored by Buffett have done well in general, that Buffett applies about 1.6-to-1 leverage financed partly using insurance float with a low financing rate, and that leveraging safe stocks can largely explain Buffett’s performance.
Walau secara umum factor seperti disebutkan dalam paper tersebut: cheap, safe and quality stocks with leverage fund tersebut sudah menjadi semacam ‘rahasia umum’ dari kesuksesan investasi Buffett secara anekdotal, namun baru Frazzini dan kawan-kawan yang mampu membuktikan secara kuantitatif formula dari keunggulan (Alpha) Buffett tersebut.
Lebih jauh bicara soal skill, atau resep rahasia dari investasinya, Buffett pernah mengatakan dalam satu tanya jawab di ajang pertemuan tahunan Berkshire Hathaway bahwa sebenarnya ide investasi dan strategi yang dia miliki kualitasnya biasa-biasa saja (so-so), dalam puluhan tahun mengelola Berkshire Hathaway menurut dia paling banter cuma sekitar satu lusin ide investasinya yang cemerlang.
Jadi lalu apa yang menjadi rahasia dari Investasi Buffett sesungguhnya?
Menurut Housel (2020) kunci sesungguhnya dari kesuksesan Buffett adalah karena dia telah menjadi investor fenomenal selama lebih dari tiga perempat abad. Seandainya saja dia mulai berinvestasi di usia 30-an dan kemudian pensiun di usia 60-an, menurut Housel akan sangat sedikit orang yang pernah mendengar namanya, apalagi menjadi terkenal. Jadi walaupun skill Buffett adalah investasi namun rahasia dari pencapaian kekayaannya yang lebih dari 100 miliar dollar tersebut adalah waktu. Nilai sebesar tersebut diakumulasi bukan semata karena kemampuan Buffett menghasilkan return tinggi, 22% per tahun, namun lebih karena dia menghasilkan return setinggi itu dalam waktu yang lama: 78 tahun.
Buffett tentu saja adalah investor terkaya sepanjang masa. Tapi Buffett sebenarnya bukan yang terhebat, apabila diukur dengan return tahunan. Jim Simons, matematikawan yang juga boss Renaissance Technologies, mampu menghasilkan return tahunan sebesar 66% sejak 1988, sementara Buffett hanya menghasilkan 22% atau kurang lebih sepertiganya. Menurut catatan Housel, tidak ada investor yang mampu mencapai return sebesar yang dicapai Simons. Namun kekayaan bersih (net worth) Simons hanya 21 miliar dollar, jauh di bawah Buffett.
Kalau memang Simons lebih jagoan, terus kenapa kekayaannya di bawah Buffett? Karena Simons baru menghasilkan return tahunan sebesar itu ketika dia baru mulai mengelola Rentech di usia 50 tahun. Buffett memiliki keunggulan waktu berinvestasi dua kali lipat dibandingkan yang dimiliki oleh Simons. Lebih jauh berdasarkan hitungan Housel, lebih dari 80% kekayaan Buffett dihasilkan setelah umur 50 tahun, dan sekitar 82 miliar dollar dihasilkan setelah Buffett mencapai usia standar pensiun di banyak negara maju yaitu pertengahan 60-an. Seandainya Buffett mulai berinvestasi di usia 30 dengan uang 25 ribu dollar dan kinerja return tahunan yang sama, 22% namun berhenti di usia 60 untuk pensiun maka dia hanya akan menghasilkan kekayaan sekitar 12 juta dollar atau kurang dari 0,1% nilai kekayaannya saat ini.
Intinya Buffett telah berhasil lebih dulu mengidentifikasi factor sebagaimana disebutkan Frazzini dan kawan-kawan di atas namun mampu mempraktekkannya selama puluhan tahun.
Dengan kata lain pesan yang ingin disampaikan jelas, waktu, tepatnya compounding works. Daripada ribet mengejar return apalah-apalah yang kurang jelas apalagi hingga mengambil risiko yang tidak perlu agar semata bisa terlihat kekinian dan bisa ikut memposting screenshot tampilan untung di aplikasi online trading, mending konsisten berinvestasi. Lebih baik lagi apabila dilakukan sejak dini, karena sahabat terbaik investor adalah waktu.
If you do good things, time is your friend.
Musim panas tahun lalu saat menghadiri undangan menjadi panelis untuk sebuah conference di Paris, sejak malam pertama istri saya sudah merasa kurang enak badan. Setelah konsultasi dengan dokter di Indonesia melalui telemedicine, di hari Minggu pagi itu saya berjalan kaki mengunjungi sebuah apotik 24 jam yang bersedia menerima resep dari dokter yang berpraktek di Tanah Air. Dalam perjalanan saya melintasi sebuah sculpture yang terpasang di daerah cour du Havre, yang cukup unik menarik perhatian karena bentuknya yang berupa tumpukan jam dinding dengan berbagai posisi waktu. Benda seni tersebut ternyata merupakan karya dari pematung Perancis, Arman yang diberi judul L'Heure de tous atau everyone’s time: waktu setiap orang. Patung yang dibuat tahun 1985 ini seperti memberitahu saya bahwa setiap kita memiliki waktunya masing-masing, dan membuat pikiran saya teringat akan tweet yang pernah saya buat beberapa waktu lalu:
In a longer timeframe, everything you read, see and hear in social media today, won't even matter.
Social media is where people with different time horizons argue about everything.
It's THE game.
But you will always have the option to not play the game.
It's always your call.
Ketika ada orang bijak berkata: “Semua akan Indah pada waktunya”, mungkin maksudnya karena setiap orang memiliki waktunya masing-masing. Sebuah timeline yang berawal di saat kelahiran hingga titik di mana kita meninggalkan dunia. Masing-masing dengan siklus hidup sesuai dengan yang dijalani, yang ditabur, yang dibuahi. Ketika belum berakhir, pada dasarnya kita belum tahu apakah yang kita alami semata pencobaan atau semua adalah bagian dari pembelajaran.
Sepertinya begitu pula sebaiknya memaknai gonjang ganjing di pasar keuangan saat ini yang lengkap dengan segala hoax, fear mongering dan lainnya. Banyak hal yang kurang relevan bagi pribadi-pribadi, para investor individual, namun menjadi distraksi yang berpotensi mengganggu: yield US treasury dan inflasi serta ancaman resesi di Amerika, kejatuhan harga saham perbankan AS, crypto mana yang bisa melejit to the moon, geopolitic China, Taiwan, Ukraina dan lain-lain. Belum lagi kehangatan isu politik domestik. Yang semuanya coba dicocoklogikan dengan potensi cuan.
Terlebih kalau hal tersebut diperdebatkan semata demi memuaskan bias konfirmasi melalui corong media sosial. Sementara masing-masing kita memiliki timeline, horizon dan kebutuhan yang berbeda. Ada yang masih memiliki sisa karir 30 tahun lagi, ada yang semester depan akan menyekolahkan anak pertama, atau malah sudah memasuki masa pensiun. Karena itu berdebat akan aset mana yang lebih baik terhadap yang lain merupakan debat sia-sia. Apalagi dilakukan di media sosial.
Investasi itu sederhana (simple) tapi tidak mudah (easy). Banyak orang mencampur aduk antara sederhana dan mudah. Sederhana karena yang perlu dilakukan adalah hal-hal berikut: berhemat (live below your means), investasi sejak dini, secara rutin, kendalikan risiko, kendalikan biaya dan sabar.Namun tentu tidak semudah itu. Banyak godaan dan perilaku kita yang membuat langkah tersebut kadang sulit dilakukan. Ga mau kalah dari orang lain alias FOMO (fear of missing out), pengen exist dengan posting screenshot floating profits dari aplikasi trading online di media sosial, ingin tetap kekinian, serakah, paranoid hingga kurang sabar adalah sedikit dari contoh penghalang kenapa investasi tidak mudah.
Setiap investor biasanya paham prinsip compounding, bunga-berbunga. Semua pengen merasakan keajaiban yang dihasilkan oleh fenomena yang kadang disebut sebagai keajaiban dunia ke-8. Namun banyak yang (seolah) lupa bahwa keajaiban itu difasilitasi oleh waktu dan hanya bisa dicapai apabila didukung oleh kesabaran. Waktu adalah sahabat terbaik investor, your Holy Grail. Namun waktu membutuhkan kesabaran. Dan itu yang di zaman now sangat sulit dilakukan dengan segala godaannya.
Time in the market is always better than timing the market.
Kalau ada yang mengatakan sebaliknya, entah dia delusional atau semata mau menjual sesuatu kepada anda.