Merdeka Jeratan Utang
Utang yang bertumpuk biasanya cermin dari situasi keuangan yang amburadul. Masalah karena utang biasanya semata merupakan puncak dari gunung es dari masalah pengelolaan keuangan.
Halo Sahabat #Gibah.
Terima kasih telah berlangganan newsletter #GibahInvestasi.
Gibah Investasi merupakan catatan berbaGI dari Tigor Siagian untuk memberi nilai tamBAH seputar masalah investasi dan keuangan. Gibah Investasi merupakan free newsletter dan dipublikasikan paling tidak sekali seminggu.
Ini adalah #GibahInvestasi edisi No. 30
Merdeka Jeratan Utang
Menurut Charlie Munger, vice chairman dari Berkshire Hathaway dan tangan kanan Warren Buffet bahwa terdapat tiga penyebab kebangkrutan bagi orang pintar. Ketiga sumber tersebut disingkat sebagai 3L: Liquor, Ladies dan Leverage atau utang. Lebih jauh menurut Buffet , walau ada tiga hal tersebut namun sesungguhnya penyebab utama adalah utang atau leverage. Dua yang lain menurut dia ditambahkan oleh Munger karena kebetulan saja berawalan huruf L.
Catatan sejarah keuangan pun menceritakan bahwa setiap peristiwa krisis keuangan di dunia ini selalu melibatkan keberadaan utang yang berlebihan. Belakangan ini pemberitaan juga marak dengan korban-korban utang khususnya yang melalui fintech atau lebih dikenal sebagai pinjaman online atau pinjol, terlebih yang ilegal. Dan itu bukan hanya terjadi di kalangan bawah, baik dalam konteks keuangan maupun pendidikan, namun juga mereka yang dianggap seharusnya sudah melek dengan risiko utang berbunga tinggi. Beberapa waktu lalu malah ada berita pesohor yang harus menjual rumah demi melunasi utang pinjol.
Dengan berita-berita tersebut, sepertinya utang itu sesuatu hal yang kurang baik. Kemudian pertanyaannya apakah kita harus menghindari utang?
Apabila bisa, tentu tidak perlu berutang merupakan pilihan terbaik. Namun tentu saja tidak semua orang memiliki kemewahan seperti itu. Sementara itu bagi mereka yang masih membutuhkan utang untuk mencapai tujuan masing-masing, sebagaimana hal lain di dunia ini, kata kunci selalu adalah: tidak berlebihan.
Beberapa perencana keuangan semisal sering membagi utang atas dua jenis: utang baik dan utang buruk. Kriterianya sederhana, apabila digunakan untuk menghasilkan keuntungan atau membangun aset, maka itu termasuk utang yang baik. Namun tentu saja ada pihak yang menggunakan kriteria berbeda. Tujuan konsumtif merupakan alasan kenapa utang masuk kategori buruk, sementara itu utang untuk kepemilikan hunian dan secara umum untuk pemilikan aset yang bertumbuh serta pendidikan secara umum masuk sebagai kategori utang baik.
Saat ini kita semakin sering mendengar banyak yang terbelit masalah karena berutang untuk memuaskan keinginan sesaat. Dan hal tersebut sepertinya semakin kronis di zaman medsos. Mungkin karena media sosial menciptakan lingkungan yang seolah segala hal diukur dengan apa yang terlihat, melalui postingan tentunya. Mengejar kepemilikan akan suatu hal ditujukan agar bisa terlihat trendy, atau tetap kekinian, yang merupakan contoh utama dampak perilaku FOMO (fear of missing out). Sebagaimana sifatnya, tentu saja semua kebutuhan untuk terlihat kekinian masuk ke dalam kategori konsumtif, dan merupakan utang buruk. Celakanya kemudian banyak yang tergoda menggunakan fasilitas pinjaman cepat tanpa agunan yang semakin marak melalui akses online alias pinjaman online atau pinjol.
Bahaya utang dapat dianalogikan contoh mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Jumlah utang seperti layaknya jarak aman kendaraan. Jadi dapat dianggap bahwa semakin besar utang terhadap pendapatan, semakin dekat jarak ke kendaraan di depan. Dalam situasi yang aman-aman, konstan, pengemudi tentu tetap bisa aman. Namun apabila situasi berubah drastis, misalnya peristiwa atau kebutuhan mendadak yang bersifat darurat, yang diibaratkan kecepatan dua kendaraan berubah, situasi berkendara bisa berubah cepat menjadi bencana yang dapat merenggut jiwa.
Dari gambaran perumpamaan di atas, kita dapat melihat kenapa kehadiran pinjol kemudian membuat situasi jadi lebih parah. Karakter pinjol yang lebih mudah diakses dengan hanya bermodal gawai serta klik-klik semata dan bunga yang sangat tinggi mencekik leher, membuat pinjol, terutama yang ilegal, bukan saja merupakan utang buruk namun jenis utang yang sangat berbahaya. Dengan bunga yang tinggi dan waktu yang pendek, akan sangat sulit untuk dapat merdeka dari lilitan utang. Utang yang awalnya diniatkan sementara semata agar tidak ketinggalan agar bisa posting di medsos hasil liburan ke tujuan wisata yang instagramable dapat berubah menjadi lingkaran setan gali lobang tutup lobang.
Dengan situasi itu agar dapat cepat merdeka dari jeratan pinjol tentu membutuhkan backstop yang bersifat pinjaman lunak. Keluarga dan kerabat tentu dapat menjadi alternatif. Namun apabila tidak memungkinkan maka mengerem pengeluaran secara drastis beserta menjual aset dapat ditempuh. Intinya, alternatif yang diambil harus dapat mengurangi secara signifikan jumlah utang, agar mampu memutus lingkaran setan.
Bagi mereka yang ingin bebas jeratan dan merdeka dari kejaran DC pinjol, tentu ada formula mudah yaitu tidak pernah memulai mengambil pinjaman online. Namun yang lebih penting diingat bahwa masalah karena utang biasanya semata merupakan puncak dari gunung es dari masalah pengelolaan keuangan. Utang yang bertumpuk biasanya merupakan cermin dari situasi keuangan yang amburadul. Agar tidak seperti itu tentu sekali lagi, rumusnya adalah kelola keuangan yang baik. Dan dapat dimulai dengan hidup secara realistis dengan pendapatan yang tersedia (live below the means) serta menghindari trigger mengikuti gaya hidup orang lain yang biasanya cuma terlihat indah di media sosial.