Komodo dan Risk of Ruin
Dalam rangka mencapai tujuan jangka panjang penting untuk memastikan agar mampu survive dalam jangka pendek. Untuk itu kita bisa mengambil pelajaran dari konservasi Komodo.
Halo Sahabat #Gibah.
Terima kasih telah berlangganan newsletter #GibahInvestasi.
Gibah Investasi merupakan catatan berbaGI dari Tigor Siagian untuk memberi nilai tamBAH seputar masalah investasi dan keuangan. Gibah Investasi merupakan free newsletter dan dipublikasikan paling tidak sekali seminggu.
Ini adalah #GibahInvestasi edisi No. 26
Komodo dan Risk of Ruin
Di tengah minggu ini saya baru saja mengunjungi Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Kunjungan kali keempat saya di kota ini masih dalam konteks bisnis investasi. Tepatnya mengikuti investment flagship seminar sebagai salah satu side event dari perhelatan ASEAN summit. Seminar tersebut bertema Managing Reserves and Embracing Market Volatility. Para pembicara berasal dari institusi kelas berat seperti BlackRock, Goldman Sachs, PGIM, Amundi, BNP Paribas, JPMorgan, UBS, Payden & Rygel serta Invesco.
Melaksanakan event dengan tamu internasional di Labuan Bajo merupakan strategi pariwisata yang baik mengingat daerah ini merupakan satu dari 10 Bali Baru yang menjadi fokus pengembangan destinasi wisata baru untuk menggantikan Bali. Selain terkenal dengan keindahan bawah laut yang memukau, salah satu daya pikat yang mendunia dan paling ikonik dari Labuan Bajo tentu adalah Komodo, kadal raksasa yang menjadi satu-satunya spesies di dunia yang masih hidup dan dapat ditemui di alam liar serta merupakan satwa endemik Flores.
Salah satu topik utama dalam seminar tersebut, yang sedang hangat saat ini, adalah bagaimana investor menyikapi inflasi yang membandel di AS berikut respons Fed melalui kebijakan suku bunga. Mayoritas berpendapat bahwa timing adalah hal yang penting, terutama saat menentukan kapan waktu yang tepat berpindah ke kelas aset obligasi, terutama saat kapan Fed akan mulai berhenti melakukan pengetatan. Karena pengaruh suku bunga yang terbalik terhadap harga, maka diperkirakan saat itulah waktu yang tepat untuk mulai mengakumulasi obligasi yang akan diuntungkan dengan trajectory penurunan suku bunga.
Begitu pula saat kapan mulai mengoleksi risky assets. Sebagian besar berpendapat bahwa inflasi di AS saat ini berada dalam siklus terakhir yang biasanya cenderung untuk relatif sticky dan karena itu respon Fed sangat tergantung dari asesmen seberapa bandel inflasi AS, yang diperkirakan akan tetap berlangsung hingga paling tidak semester pertama tahun 2024. Karena itu maka penentuan waktu yang tepat untuk bergeser di spektrum aset sangat tergantung kepada seberapa ampuh pengendalian serta pengelolaan Fed hingga mampu meminimalisir dampak ikutan kebijakan pada ekonomi secara luas. Soft atau hard landing dari ekonomi AS, sepertinya merupakan dua skenario binary yang umumnya dipegang oleh investor, dengan tiap skenario tentunya memiliki konsekuensi berbeda.
Sebagai investor institusi semua pada dasarnya sepakat bahwa fokus pengelolaan dana sebaiknya ditujukan bagi tujuan dalam jangka panjang. Saya pribadi walau secara umum setuju dengan pendapat itu, namun seperti pernah dikatakan John Maynard Keynes: “... in the long run we are all dead”, kita tidak pernah yakin akan jangka panjang apabila lalai mengendalikan yang penting di jangka pendek. Jadi walau pandangan kita fokus ke titik yang jauh di masa depan namun tetap tidak boleh lengah dengan horizon di depan mata.
Kita tahu bahwa long term terdiri atas banyak short terms. Karena itu rahasia mencapai tujuan jangka panjang adalah agar survive dalam jangka pendek.
In order to succeed, first you need to survive.
Berhasil untuk survive dalam investasi utamanya adalah bagaimana menghindari kerugian total atau dalam istilah finance disebut sebagai risk of ruin. Risk of ruin adalah keadaan di mana seseorang mengalami kerugian besar yang tidak bisa dipulihkan yang merujuk pada kemungkinan Anda kehilangan seluruh modal yang Anda investasikan. Ini adalah risiko yang selalu mengintai setiap investor, terlepas dari seberapa besar atau kecil portofolio investasi yang dimiliki. Bayangkan, Anda telah bekerja keras untuk mengumpulkan uang Anda, menginvestasikannya dalam berbagai instrumen, dan kemudian, dalam sekejap mata, semuanya hilang.
Terkait risiko tersebut, dan berdiskusi di Labuan Bajo, ternyata kita dapat mempelajari beberapa pelajaran berharga dari Komodo. Cerita tentang Komodo adalah kisah tentang adaptasi, kelangsungan hidup, dan, yang paling penting, menghindari risk of ruin. Komodo adalah hewan yang sangat unik dan langka. Ini adalah hewan purba yang telah ada selama jutaan tahun, tetapi dalam beberapa dekade terakhir, populasi mereka telah menurun secara signifikan. Seiring dengan perubahan lingkungan dan ancaman dari manusia, Komodo sekarang harus dilindungi secara ketat untuk mencegah kepunahan mereka.
Salah satu ciri komodo adalah tidak suka bepergian jauh. Makanya mereka mayoritas hanya ada di pulau Rinca, Komodo dan (dulunya) juga di pulau Padar. Meskipun mereka adalah predator yang kuat, populasi mereka sangat rentan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan. Dalam kasus Komodo, salah satu upaya konservasi adalah memastikan bahwa populasi mereka ada di beberapa pulau yang berbeda. Hal ini membuat mereka lebih tahan terhadap ancaman seperti penyakit atau bencana alam yang dapat memusnahkan populasi di satu lokasi. Ini merupakan contoh nyata dari betapa pentingnya menyebar “telur” di berbagai keranjang.
Dalam investasi, mitigasi sebagaimana konservasi Komodo di atas dikategorikan sebagai strategi diversifikasi. Dalam dunia keuangan, diversification is the only free lunch. Diversifikasi berarti tidak menggantungkan seluruh kekayaan Anda hanya pada satu aset atau instrumen keuangan, tidak perduli seberapa fanatiknya atau seberapa yakinnya Anda terhadap masa depan dari aset maupun instrumen tersebut. Sebaliknya, risiko disebar dengan menginvestasikan modal ke dalam berbagai aset. Sama seperti Komodo yang melindungi diri mereka dengan tinggal di beberapa pulau, Anda dapat melindungi kekayaan Anda dengan menyebarkan investasi Anda di berbagai instrumen dan aset. Ini adalah langkah pertama yang penting untuk menghindari risk of ruin dalam berinvestasi.
Secara teoritis, diversifikasi sebenarnya tidak hanya sebatas menyebar ke dalam berbagai aset, namun diutamakan pada aset atau instrumen yang memiliki korelasi jauh dari sempurna. Karena kalau seluruh aset tersebut berkorelasi sempurna, maka diversifikasi hanya sebatas nama saja namun Anda seperti memiliki beberapa jenis telur dalam satu keranjang. Apapun telurnya, semua akan lenyap apabila keranjang tersebut jatuh atau mengalami musibah. Dengan diversifikasi ke dalam berbagai kelas aset dalam spektrum risiko, maka portofolio Anda dapat mengurangi downside risk baik yang disebabkan oleh risiko fluktuasi harga maupun oleh risiko dalam bentuk permanent loss of capital karena risiko kredit atau kebangkrutan.
Satu hal lagi yang dapat kita pelajari dari Komodo, kita juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan, dalam hal ini pasar. Komodo hidup di lingkungan yang sangat keras. Mereka harus beradaptasi dengan kekurangan sumber daya dan perubahan cuaca yang ekstrem. Begitu pula di dunia investasi, Anda juga perlu mengenali lingkungan Anda.
Lingkungan investasi selalu berubah. Kondisi pasar, suku bunga, dan faktor-faktor eksternal lainnya dapat berdampak signifikan pada kinerja investasi Anda. Karena itu penting untuk selalu memantau dan memahami lingkungan investasi Anda. Ini berarti menjaga diri Anda terinformasi tentang berita ekonomi dan politik, serta memahami perubahan tren dalam industri tertentu. Komodo yang berhasil bertahan adalah mereka yang dapat mengenali perubahan dalam lingkungan mereka dan beradaptasi dengan cepat. Demikian pula, investor yang sukses adalah yang dapat mengidentifikasi perubahan dalam pasar serta kemudian mengambil tindakan yang tepat.
Kemampuan beradaptasi tersebut kadang ditunjukkan dengan kemampuan mengubah strategi investasi apabila dibutuhkan. Dan itu adalah langkah yang bijak. Jangan pernah ragu untuk mencari saran dari ahli keuangan yang berpengalaman dan bukan hanya mengikuti influencer bermodal kemampuan editing video yang motivasinya semata menjadikan Anda sebagai exit liquidity. Dengan tetap belajar, dari sumber dan orang yang jelas, makaAnda dapat menjaga kekayaan Anda serta menghindari risk of ruin dalam perjalanan keuangan Anda, sebagaimana Komodo yang juga telah berhasil bertahan dan berkembang di alam liar yang berubah-ubah.
Sama seperti Komodo di Taman Nasional Komodo yang perlu dilindungi agar tidak punah, kita juga harus mampu melindungi kekayaan kita dari risiko yang dapat menghancurkannya. Dengan mengambil pelajaran berharga dari Komodo, yaitu diversifikasi dan daya adaptasi kiranya kita juga dapat membangun fondasi yang kuat untuk masa depan finansial yang lebih baik.