Hati-Hati Dengan Self Interest Orang Lain
Jangan cepat percaya dengan apa yang dicitrakan atau diperlihatkan orang kepada Anda. Semua risiko pada akhirnya hanya Anda yang menanggung.
Halo Sahabat #Gibah.
Terima kasih telah berlangganan newsletter #GibahInvestasi.
Gibah Investasi merupakan catatan berbaGI dari Tigor Siagian untuk memberi nilai tamBAH seputar masalah investasi dan keuangan. Gibah Investasi merupakan free newsletter dan dipublikasikan paling tidak sekali seminggu.
Ini adalah #GibahInvestasi edisi No. 33
Hati-Hati Dengan Self Interest Orang Lain
Di minggu ini kita mencermati vonis terhadap bos FTX, Sam Bankman-Fried yang dijatuhi hukuman total lebih dari 100 tahun, kemudian WeWork yang menyatakan diri bangkrut. Dua hal tersebut, SBF dan WeWork bersama-sama dengan Elizabeth Holmes dan Silicon Valley Bank, keempatnya pernah menjadi sampul depan majalah bisnis terkemuka Forbes.
Kalau becandaan di linimasa media sosial finance terutama di Twitter/X, majalah Forbes telah menjadi Jim Cramer versi media. Kalau yang tahu pasti paham bahwa sudah cukup lama pembawa acara Mad Money di CNBC dengan gaya khasnya, diolok-olok karena suatu fenomena yang menyangkut dirinya.
Dalam acara Mad Money maupun sebagai anchor di acara Squawk on the Street, juga di TV yang sama, Cramer sering membuat prediksi baik tentang harga saham atau aset, maupun situasi keuangan lainnya. Yang menarik, dan kemudian menjadi gurauan, hasil aktual sering berseberangan dengan apa yang dikatakan Cramer. Jadi kalau Cramer menyatakan nilai saham A akan naik, maka biasanya aktual malah turun. Begitu juga sebaliknya. Sehingga kemudian disebutkan bahwa masyarakat sebaiknya melakukan taruhan terbaik (inverse betting) dengan apa yang dikatakan Cramer.
Jadi tidak heran kalau kemudian majalah Forbes dijuluki seperti di atas karena konon reputasinya yang menampilkan sosok individu atau institusi tertentu di sampul majalah dengan segala elu-elu pemberitaan yang positif, namun kemudian terbukti bahwa banyak individu tersebut tersandung masalah. Seperti dalam kumpulan sampul dan penghargaan yang diberikan majalah Forbes kepada empat pihak tersebut sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Dua yang menonjol adalah Elizabeth Holmes, CEO dan pendiri Theranos serta Sam Bankman-Fried, CEO dan pendiri FTX. Elizabeth Holmes adalah contoh nyata dari kisah sukses yang begitu berkilauan, hingga bahkan gaya berpakaiannya pun yang meniru gaya Steve Jobs menjadi pemberitaan. Pada tahun 2015, Holmes dinobatkan sebagai wanita termuda dalam daftar para miliarder Forbes.
Namun kita tahu ternyata kisahnya hanya karangan belaka yang dipercayai banyak orang melalui Theranos, sebuah perusahaan yang diklaimnya memiliki teknologi canggih untuk melakukan tes darah dengan hanya sejumput darah hingga akhirnya runtuh terbongkar menjadi skandal besar. Theranos memicu euforia di dunia bisnis dan teknologi. Namun, pada tahun 2016, temuan investigasi oleh reporter Wall Street Journal, John Carreyrou mengungkap bahwa teknologi yang diklaim oleh Theranos tidak sesuai dengan kenyataan. Hasil tes darah yang dikeluarkan oleh perusahaan ini seringkali tidak akurat dan hasil yang digembar-gemborkan tersebut ternyata semata hasil tipuan data belaka. Investigasi tersebut dibukukan dalam buku Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup, yang terbit tahun 2018.
Kisah Holmes dan Theranos adalah contoh yang memilukan tentang ambisi yang berlebihan hingga membuat kebohongan besar. Holmes kemudian diadili dan dinyatakan bersalah atas sejumlah tuduhan, termasuk penipuan dan konspirasi kriminal. Dia dijatuhi hukuman penjara selama sebelas tahun.
Sementara itu Sam Bankman-Fried kita tahu namanya telah mencuri perhatian banyak orang dalam dunia kripto, selain gaya rambut dan cara dia berpakaian. Pendiri dan CEO FTX, salah satu bursa kripto terkemuka di dunia ini bahkan pernah dijuluki sebagai JPMorgan baru. Selain tentu saja seperti Holmes menjadi sampul majalah Forbes.
Bankman-Fried dengan bisnis kripto dan gaya eksentriknya telah menjadikan dia sebagai role model bagi generasi yang mendapatkan dan menikmati masa kejayaan kripto di masa pandemi.
FTX, yang didirikannya pada tahun 2017, dengan cepat tumbuh menjadi salah satu bursa kripto terbesar di dunia. FTX bahkan melakukan kemitraan dengan Tim NBA Miami Heat dan mengganti nama markas Heat dengan FTX. Selain itu sikapnya terhadap charity yang membuat namanya digembar-gemborkan sebagai filantropis dan menambahkan satu fitur baru bagi mereka yang mengidolakan.
Namun kita tahu semua itu hanya lapisan image yang tidak nyambung dengan apa yang dilakukan dengan cara mengelola uang investor FTX dan Alameda, anak perusahaan yang bergerak di bidang hedge fund khususnya kripto. Bahkan walaupun penulis besar Michael Lewis membuat orang bisa meragukan peran dan karakter Bankman-Fried, namun dewan juri di pengadilan AS tidak membutuhkan waktu lama untuk menyatakan dirinya bersalah atas fraud. Dan SBF, nama julukannya, dapat dijatuhi total hukuman lebih dari 100 tahun.
Dari dua kisah tersebut, kalau saya pribadi paling tidak ada tiga pelajaran. Yang pertama, di zaman media sosial saat ini banyak hal yang berbeda apa yang ditampilkan dengan apa yang sebenarnya. Pencitraan melalui media sosial sudah menjadi industri. Dan apa yang ditampilkan melalui media sosial, adalah murni citra yang tentu saja sudah dipilih, kurasi dan seleksi sesuai dengan narasi yang ingin ditampilkan. Saya sendiri ketika menampilkan satu postingan dengan foto, terkadang merupakan hanya satu dari sekian puluh foto yang relevan di handphone. Bayangkan untuk sesuatu yang telah menjadi industri.
Hal yang kedua, sesuatu yang terlalu drastis, perlu disikapi secara kritis. Sebelum terbukti resilien, ya anggap saja sesuatu yang terjadi karena efek kebetulan atau random. Jangan terlalu percaya kepada sesuatu yang secara statistik bukan hanya tidak robust namun juga mencurigakan. Apalagi sampai mengidolakan buta, sehingga gaya hidup, bahkan perkataan pun ditiru mentah-mentah.
Pelajaran terakhir, seperti saya sering sampaikan, hati-hati dengan prediksi. Apakah itu dilakukan oleh media terkenal seperti Forbes, tokoh media seperti Jim Cramer, maupun tokoh lain seperti Kiyosaki atau bahkan Ray Dalio. Tidak banyak yang disiplin untuk mencatat, verifikasi rekor prediksi banyak orang di bidang keuangan dan ekonomi. Dan sepengetahuan saya, secara empiris, rekor prediksi para pundits tersebut sangatlah buruk. Kalau pun ada yang benar, secara statistik dapat dikatakan cuma kebetulan belaka.
Dari ketiga pelajaran terakhir itu, hal yang penting bagi Anda seorang investor adalah untuk selalu mengingat bahwa apa yang Anda putuskan hanya Anda yang akan menanggungnya. Untung, rugi, itu semua hanya relevan bagi Anda dalam keputusan yang Anda buat, dan untuk kepentingan Anda semata. Mereka di luar sana, memiliki self interest masing-masing dapat diyakini belum tentu sejalan dengan self interest Anda.
True, Pak