Darurat Coldplay
Bagaimana menyikapi konser yang darurat namun masih bisa tetap disiplin menguatkan otot perencanaan keuangan?
Selamat hari Senin! Semoga Anda semua selalu dalam keadaan sehat.
Terima kasih telah berlangganan newsletter #GibahInvestasi.
Gibah Investasi merupakan catatan berbaGI dari Tigor Siagian untuk memberi nilai tamBAH seputar masalah investasi dan keuangan. Gibah Investasi merupakan free newsletter dan dipublikasikan paling tidak sekali seminggu di hari Senin.
Ini adalah #GibahInvestasi edisi No. 11.
Salam,
Tigor Siagian, CFA, FRM
Darurat Coldplay
When you try your best, but you don't succeed.
When you get what you want, but not what you need.
Dua baris lirik dari lagu Fix You milik Coldplay tersebut di atas sepertinya dapat mengungkapkan dua jenis suasana hati dari banyak netijen di minggu lalu. Yang pertama cocok bagi mereka yang tidak berhasil menang saat ticket war walaupun telah berusaha maksimal. Sementara yang kedua pas untuk mereka yang berhasil mendapatkan tiket, tapi di hati kecil seperti ada yang berbisik kalau hiburan konser itu bukanlah kebutuhan namun semata keinginan: get what you want, but not what you need.
Saya ingin membahas yang kedua.
Di sepanjang minggu kemarin, media sosial dan media mainstream menampilkan kehebohan warga 62 seputar perebutan untuk mendapatkan ticket Coldplay. Dari mulai strategi, perjuangan di dua hari presale dengan sponsor bank tertentu maupun saat general sale, berjuang mendapatkan tiket yang tersisa. Diakhiri dengan berbagai keluh kesah, mulai dari perlombaan dengan multi-gadget yang juga berakhir kegagalan, pengalaman tertipu penjual jastip alias calo hingga perjuangan mendapatkan izin cuti kantor pada tanggal saat konser di bulan November nanti.
Ketika mulai beredar desas desus bahwa Coldplay akan singgah di Jakarta dalam lawatan tur Asia termasuk Australia tahun ini, jagad medsos Indonesia langsung heboh. Berbagai isu soal harga tiket dengan berbagai ancang-ancang variasi nominal ditimpali dengan berbagai perspektif. Salah satunya meme bilang mengingat harga yang tidak murah, apakah tiket konser tersebut bisa dibeli dengan menggunakan dana darurat.
Tentunya ide tersebut kemudian menjadi kontroversial, sekaligus bahan becandaan. Di satu sisi ada yang melarang karena kesenangan konser bukan tujuan dari penggunaan dana darurat. Sementara kubu yang lain mengatakan boleh saja karena konser ini kemungkinan merupakan once-in-a-lifetime experience bagi Coldplayer, yang sudah dinantikan puluhan tahun. Selain alasan kesempatan seumur hidup untuk menonton band kesayangan di tanah air tersebut, pihak yang mendukung juga menggunakan alasan agar netijen tidak menjadi terlalu frugal atau malah jadi investment freak.
Kedaruratan Dana Darurat
Apa saja dapat terjadi di dalam hidup Anda, dan kita tidak pernah bisa 100% yakin apa yang akan dan bisa terjadi. Untuk mengelola risiko ada beberapa hal yang dapat dilakukan, mulai dari mengurangi hingga menghindari hal-hal tertentu sampai dengan menyiapkan plan B untuk situasi yang tidak diinginkan. Prinsip agar tetap dapat survive selalu harus ada ada perencanaan untuk hal tak terduga. Dalam hal tujuan keuangan agar tetap dapat berjalan harus disiapkan secara finansial menyiapkan dana darurat. Alokasi ini harus terpisah dari tabungan yang biasa Anda gunakan sehari-hari. Jumlah idealnya cukup untuk menutupi biaya hidup antara tiga hingga enam bulan. Apabila terjadi (amit-amit) mengalami pemutusan kerja, pengeluaran besar yang tidak direncanakan seperti kecelakaan, musibah, dana darurat tersebut dapat berfungsi sebagai rakit penyelamat. Dengan tersedianya dana darurat, Anda tidak perlu menggunakan kartu kredit.
Karena namanya aja udah darurat maka tentu tujuan dan penggunaannya harus sesuai dengan peruntukkannya. Jadi dana tersebut direncanakan dan TIDAK digunakan untuk:
Pengeluaran rutin yang terencana: misalnya seperti belanja rumah tangga, termasuk biaya PKB kendaraan, PBB rumah, asuransi dan keperluan sekolah anak.
Pengeluaran non-esensial seperti : closing sale sebuah merek favorit Anda, upgrade handphone karena ada diskon trade-in, liburan, situasi darurat orang lain (permintaan ngutang dari orang), dan lain-lain.
Loh, dana darurat kan untuk pengeluaran yang tidak terduga, siapa yang menduga Coldplay akan tour ke Jakarta?
-Kang Asep, 28 thn di Cimanggis.
Semantik, akrobatik kata-kata atau excuses seperti di atas tentu dapat dilakukan untuk menjustifikasi apapun keinginan Anda. Dana darurat itu sepenuhnya uang Anda, dan merupakan hak Anda untuk menggunakannya.
Sementara ketika akan memutuskan untuk menggunakan dana darurat adalah menjawab tiga pertanyaan berikut:
Apakah hal tersebut benar-benar sesuatu yang tidak terduga?
Apakah hal tersebut benar-benar wajib dilakukan?
Apakah hal tersebut bersifat mendesak atau emergency?
Dari evaluasi terhadap tiga pertanyaan di atas, jauh di dalam lubuk hati kita masing-masing tahu bahwa tiket Coldplay tidak memenuhi kriteria penggunaan dana darurat: but not what you need.
But, Personal Finance Is More Personal Than It Is Finance
Tapi tentu saja hidup tidak sesederhana itu. Uang serta penggunaannya, sebagaimana aspek lain dalam kehidupan merupakan hal yang sangat melibatkan emosional. Setiap rencana keuangan berbeda sebagaimana setiap individu dan keluarga berbeda. Latar belakang, keluarga, kepercayaan, masa lalu, semuanya memberikan sentuhan dan dampak pada keunikan masing-masing kita dalam mengelola keuangan.
Pengelolaan keuangan tentu ditujukan untuk mencapai apa yang penting dalam hidup Anda. Dan karenanya uang bukanlah tujuan (end) itu sendiri, namun semata cara atau means. Tujuan yang umum disebutkan adalah mencapai kebahagiaan Anda, dan keluarga (untuk pengelolaan keuangan keluarga).
Setiap orang sepertinya juga berbeda, everyone plays their own games with their own timeframe. Jadi sesuatu yang dilakukan orang lain kadang baru dapat dimengerti dengan pikiran kita (make sense) ketika kita telah memahami game dan timeframe dari masing-masing orang.
Frugal tidak sama dengan tabu spending. Namun memang bagi yang telah terbiasa hidup secara frugal biasanya sulit membelanjakan uangnya, karena spending money memiliki skill tersendiri. Seperti yang ditulis oleh Housel (2023), bagi mereka yang memiliki frugal inertia, membelanjakan sesuatu itu terasa sangat sulit. Tapi kalau Anda sudah menganggarkan untuk senang-senang sekalipun, ya silahkan lakukan saja. You deserve it. Tapi yang kurang tepat kalau kita harus merasionalisasi sesuatu.
Jadi kalau Anda adalah seorang fans sejati Coldplay, paham dan ngerti lagu-lagu mereka, bukan sekedar FOMO agar bisa posting saat nonton di GBK, mungkin kebahagiaan Anda dapat dicapai dengan turut menyaksikan once-in-a-lifetime experience tersebut.
Kalau demikian saran cepat pragmatis saya cuma satu: lakukan yang terbaik menurut Anda. Selama Anda paham konsekuensi dari berkurang atau tidak tersedianya dana darurat Anda.
Sementara untuk saran ideal yang mungkin berguna untuk jangka panjang, sambil menguatkan otot disiplin keuangan Anda, lakukan hal-hal berikut ini:
Jangan sentuh dana darurat Anda.
Cari tiket yang paling sesuai dengan kemampuan Anda. Apakah 11 juta itu murah, apakah 960 ribu itu mahal. Semuanya relatif. Relatif terhadap pendapatan Anda, terhadap tabungan Anda. Rule of thumb 10-20% dari pendapatan sepertinya bisa digunakan sebagai ukuran menentukan berapa harga tiket yang sesuai. Kalau memang tidak bisa atau tidak tersedia, ga usah bela-belain. Itu artinya semesta tidak mendukung rencana Anda.
Jangan berutang untuk senang-senang. Daripada spend now, pay later, mending save now, spend later.
Segera buat rencana otomatis untuk mengganti uang tiket tersebut. Jika Anda membeli tiket seharga 960 ribu (termasuk pajak), sementara konser baru akan dilakukan 6 bulan lagi. Maka setiap bulan sisihkan Rp 960.000/6 = Rp 160 ribu langsung ke dalam rekening atau amplop terpisah. Sehingga saat Anda bersenang-senang di bulan November, uang tiket telah terbayar. Kalau Anda tidak merencanakan, ada baiknya Anda mengkompensasi pengeluaran tersebut dengan mengurangi pengeluaran untuk hal lain di masa depan. Absen satu kali jajan Starbucks seminggu sepertinya cukup untuk mengkompensasi Rp 160 ribu per bulan.
Kalau Anda bahagia dengan konser-konser sejenis, tahun depan mulai menganggarkan Dana Senang-Senang disamping dana darurat.